jual bawang goreng
Berkat penjualan online, kini produksi bawang goreng buatan
Rudiyanti (42), warga Desa Siwuluh RT 01 RW 4 Kecamatan Bulakamba ini,
bisa merambah ke Jabodetabek ( Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi
dan sekitarnya).
Penjualan lewat online ini bahkan mampu mendongkrak penjualan bawang gorengnya hingga ratusan prosen.
“Dulu penjualan hanya sekitar lokal Brebesan saja, namun dengan
bantuan anak saya yang memasukan ke Tokopedia, kini pemesan datang dari
Jakarta dan sekitarnya, bahkan sempat ada dari luar Jawa seperti
Maluku,” ujar Rudiyati saat di temui BREBESNEWS.CO di rumahnya, Jumat
lalu (27/11/2015).
Menurut Rudiyati, produk bawang gorengnya sebelum di masukan
penjualan lewat online hanya bisa laku 20 toples per bulannya. Namun
kini selama 6 bulan pasca penjualan online angka penjualan bisa mencapai
1000 toples perbulannya.
jual bawang goreng renyah
“Alhamdulillah, sekarang penjualannya sudah mencapai 1000 toples.
Harga per-toples dengan berat berkisar 200 gram di hargai 20.000 rupiah.
Sedang untuk pemesan dari luar daerah biasanya akan di kutip tambahan
pengiriman paket tergantung jauh dekatnya wilayah pemesan,” ujarnya
lagi.
Bawang goreng buatan Rudiyati yang ber cap Dua Putra ini juga sudah
terdaftar PRIT(produk pangan industri rumahan) dari Dinas Kesehatan
Brebes dengan nomor registrasi 2113329010043-20.
Modal 1 juta rupiah
Berdasarkan penuturan Rudiyati, usaha bawang gorengnya belum lama di
rintis, yakni sekitar 2 tahun lalu. Awalnya dia merasa prihatin saat
harga bawang merah sebagai produk utama pertanian di Brebes harganya
jatuh hingga pada kisaran 4000 rupiah.
jual bawang goreng murah
Dari keprihatinan inilah dirinya berfikir untuk memanfaatkan nilai
lebih penjualan bawang. Lalu dengan modal seiktar 1 juta rupiah dirinya
memulai usahanya berupa bawang goreng.
Rudiyati menceritakan dengan modal yang tidak begitu besar, dirinya
memulai usahanya dengan peralatan sederhana, yakni dengan alat rajang
bawang yang saya digunakan berharga 30 ribu dengan tenaga tangan.
Selanjutnya dengan sedikit kemajuan pemesanan produksinya, Rudiyati
menggunakan alat rajangan bawang kapasitas agak besar seharga 200 ribu
rupiah.
Lalu seiring dengan bertambahnya pesanan terutama setelah produknya
di pasarkan lewat Tokopedia, hingga kini dirinya menggunakan alat rajang
seharga 2 juta rupiah dengan tenaga dinamo.
“Dulu awal-awalnya pengerjaan produksi bawang dengan sederhana
sekali. Malah untuk pengeringnya usai bawang di goreng hanya di kipas
angin saja,” aku Rudiyati.
Namun seiring dengan kemajuan produksinya, pengering bawangnya usai di goreng menggunakan spiner.
“Dengan alat pengering ini hasil bawang gorengnya menjadi terasa
renyah dan baunya wangi khas bawang Brebes,” ujar ibu dua anak ini.
Selain itu, menurut Rudiyati bawang goreng produksinya juga bisa bertahan selama 6 bulan.
Jaga kualitas
Untuk menjaga kualitas bawang gorengnya Rudiyati mengaku bukan
menggunakan minyak sayur kiloan atau yang drum-an, namun menggunakan
minyak goreng botol kemasan yang biasa di jual di toko maupun
minimarket.
“Produk bawang goreng saya mengutamakan mutu, biar mungkin untung
tipis dengan penggunaan minyak sayur botol kemasan, namun kulitas nya
tetap terjaga,” ujar Rudiyati memberi alasan.
Untuk kebutuhan minyak sayur perhari dirinya menghabiskan sekitar 12
liter untuk memproduksi bawang 50 kilogram (setengah kwintal).
“Dari bahan mentah bawang merah seberat 50 kilogram atau ½ kwintal
ini akan menjadi bawang goreng sekitar 15 kilogram,” terangnya lagi.
Menurutnya bawang goreng yang diproduksinya juga bebas campuaran
seperti mungkin yang di produksi lainnya, seperti campuran pakai kol,
umbi-umbian dan lainnya untuk memperberat timbangan. Sementara untuk
menambah aroma ras gurih, dia hanya mencampur bawang gorengnya dengan
garam dapur saja.
sumber: http://brebesnews.co